A. Pendahuluan
B. Tujuan Pembelajaran
C. Uraian Materi
1. Prinsip Pewarisan Sifat Makhluk Hidup Berdasarkan Hukum Mendel
Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal sebagai hereditas. Pewarisan sifat induk kepada keturunannya melalui gamet dengan mengikuti aturan-aturan tertentu. Orang pertama yang meneliti tentang penurunan sifat yaitu Gregor Johann Mendel. Mendel adalah tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-hukum hereditas atau pewarisan sifat menurun. Untuk membuktikan kebenaran teorinya, Gregor Johan Mendel telah melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman-tanaman yang memiliki sifat beda. Tanaman yang dipilih adalah tanaman kacang ercis (Pisum sativum), karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1. mudah melakukan penyerbukan silang
2.
mudah didapat
3.
mudah hidup dan dipelihara
4.
cepat berbuah atau berumur pendek
5.
terdapat jenis-jenis dengan sifat beda yang menyolok,
seperti terlihat pada gambar.
Gambar 1 : Tanaman
Kapri dengan perbedaan sifat yang mencolok
Sumber : Campbell, et al.2009
Penggunaan kacang ercis juga membuat Mendel dapat
melakukan control yang ketat berkenaan dengan tanaman mana yang saja yang akan
disilangkan. Organ kelamin dari tanaman kacang ercis terdapat pada bunganya dan
setiap bungan kacang ercis mempunyai sekaligus organ kelamin jantan (benang
sari) dan organ kelamin betina (putik). Biasanya tanaman ini melakukan
fertilisasi sendiri (serbuk sari jatuh pada putik bunga yang sama). Untuk
penelitian ini Mendel melakukan penyerbukan silang dengan karakter-karakter
yang bervariasi dengan pendekatan apakah karakter itu “ada atau tidak ada” dan
bukan dengan apakah karakter itu “lebih banyak atau lebih sedikit”. Sebagai
contoh tanaman Mendel mempunyai bunga ungu saja atau putih saja, tidak ada
karakter antara kedua variaetas tersebut.
Mendel juga memastikan dia memulai percobaannya denga
varietas galur murni, yang berarti ketika tanaman melakukan penyerbukan sendiri
semua keurunannya akan mempunyai varias yang sama. Contohnya tanaman yang
berbunga ungu akan menghasilkan keturunan yang semuanya berbunga ungu. Dan
untuk selanjutnya Mendel melakukan percobaan dengan melakukan penyerbukan
silang terhadap dua varietas ercis bergalur murni yang sifatnya kontras, contoh
tanaman berbunga ungu dengan tanaman yang berbunga putih. Perkawinan atau
persilangan dua varietas ini disebut hibridisasi.
Berdasarkan teori Mendel, jika kita membastarkan jenis
mangga bergalur murni yang sifat buahnya besar dan rasanya masam dengan jenis
mangga lain bergalur murni yang sifat buahnyan kecil dan rasanya manis, akan
kita peroleh jenis mangga hibrida (hasil) pembastaran dengan sifat buah yang
besar dan rasanya manis, dengan sarat sifat besar dominan terhadap kecil dan
sifat manis dominant terhadap masam. Untuk mengetahui bahwa suatu tanaman
bergalur murni atau tidak dapat dilakukan dengan penyerbukan sendiri. Bila
bergalur murni akan selalu menurunkan keturunan yang sifatnya sama dengan sifat
induknya, meski dilakukan penyerbukan berulang kali dalam beberapa generasi.
Pada perkawinan induk jantan dengan induk betina
disebut parental dan disimbolkan dengan hurup P (capital). Hasil persilangan
parental atau keturunannya disebut anak (filial) dan diberi symbol dengan huruf
F (capital). Persilangan induk galur murni dengan galur murni disebut P1 dan filialnya
disebut F1. Persilangan induk jantan F1 dengan induk betina F1 secara acak
disebut P2 dan filialnya disebut F2 dan seterusnya. Galur murni selalu
bergenotif homozigot dan disimbolkan dengan dengan huruf yang sama, huruf
capital semua atau huruf kecil semua, misalnya AA untuk sifat dominant atau aa
untuk sifat resesif.
Genotif adalah sifat yang tidak tampak yang ditentukan
oleh pasangan gen atau susunan gen dalam individu yang menentukan sifat yang
tampak. Sifat yang tampak dari luar atau sifat keturunan yang dapat kita amati
sebagai ekspresi dari susunan gen (genotif) disebut dengan fenotif. Menurut
Stern, genotif dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi fenotif. Dengan
demikian, dua genotif yang sama dapat menunjukkan fenotif yang berbeda apabila lingkungan
bagi kedua genotif tersebut berbeda. Genotif BB dan RR pada contoh di atas kita
sebut genotif homozigot dominant, sedangkan bb dan rr adalah homozigot resesif.
Huruf B (huruf kapital) dengan b (huruf kecil) atau R dengan r merupakan
pasangan gen atau alel. Menurut letaknya, alel adalah gen-gen yang terletak
pada lokus yang bersesuaian dari kromosom homolog. Sedangkan jika dilihat dari
pengaruh fenotif, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh
yang berlawanan. Jadi , B dan R bukan alelnya demikian pula b dan r juga bukan
alelnya.
Jika genotif suatu individu suatu individu terdiri
dari pasangan alel yang tidak sama, disebut genotif heterozigot (hetero: lain; zigot: hasil perleburan gamet jantan dan gamet betina). Sedangkan
jika genotif terdiri dari pasangan alel yang sama disebut homozigot.
Perlu dipahami bahwa symbol-simbol huruf BB, bb, RR,
rr dan sebagainya yang kita sebut genotif denga fenotif bulat dan kisut, lurus
dan tidak lurus ini adalah merupakan suatu perjanjian yang kita sepakati
bersama (konvensi bersama). Beberapa konvensi lain yang perlu kita kenal dan
ketahui antara lain adalah :
§ Sifat
gen-gen dominan ( yang bersifat kuat sehingga menutupi ekspresi / pengaruh gen
alelnya ) disimbolkan huruf besar, sedangkan pengaruh gen yang tertutup
(alelnya) disebut resesif dan disimbolkan dengan huruf kecil dari huruf yang
sama untuk gen dominannya.
§ Sifat
dominan dari dua genotif yang berbeda dapat mempunyai fenotif yang sama.
Akan tetapi untuk genotif kisut selalu bb, demikian
juga untuk rambut tidak lurus selalu rr. Jadi fenotif sifat resesif selalu
bergenotif homozigot; berarti pula selalu bergalur murni
a. Persilangan Monohibrida
Monohibrid atau monohibridisasi adalah suatu
persilangan / pembastaran dengan satu sifat beda. Monohibrid pada percobaan
Mendel adalah persilangan antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga
putih. Untuk mengetahui bahwa suatu gen bersifat dominan maka harus dilakukan
monohibridisasi antara individu yang memiliki sifat gen tersebut dengan sifat
kontrasnya (alelnya) yang sama-sama bergalur murni. Jika fenotif F1 sama dengan
sifat gen yang diuji tadi, berarti sifat itulah yang dominan. Perhatikan diagram
persilangan monohibrid antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga putih
berikut ini :
Gambar 2: Persilangan
Monohibrida
Sumber
: Campbell, et al.2009
Fenotif |
Genotif |
Jumlah genotif |
Perbandingan fenotif |
Bunga Ungu |
PP |
1 |
3 |
Bunga Ungu |
Pp |
2 |
1 |
Bunga Putih |
Pp |
1 |
|
Jika kita amati pada pembentukan gamet dari tanaman
heterozigot (F1) ternyata ada pemisahan alel, sehingga ada gamet dengan alel P
dan ada gamet dengan alel p. Prinsip pembentukan gamet pada genotif induk yang
heterozigot dengan pemisahan alel tersebut dikenal dengan Hukum Mendel I yang
disebut Hukum Segregasi (pemisahan) secara bebas (The Law of Segregation of Allelic Genes).
Cara mencari macam dan jumlah gamet, dapat
diperhatikan pada tabel di bawah ini!
Tabel
1. Cara mencarai macam dan jumlah gamet
Dari data yang diperoleh dalam
percobaan-percobaannya, Mendel menyusun hipotesis dalam menerangkan hukum-hukum
hereditas sebagai berikut :
1.
Tiap karakter /sifat dari organisme hidup dikendalikan
oleh sepasang factor keturunan, satu dari induk betina dan lainnya dari induk
jantan
2.
Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk
alternatif sesamanya, misalnya ungu atau putih, bulat atau kisut dan lainnya.
Kedua bentuk alternatif disebut dengan alel
3.
Satu dari pasangan alel bersifat dominan atau menutupi alel
yang resesif bila keduanya bersama-sama.
4.
Pada pembentukan sel kelamin (gamet), terjadi peristiwa
meiosis, pasangan factor keturunan kemudian memisah. Setiap gamet menerima
salah satu faktor dari pasangan itu. Kemudian pada proses fertilisasi, factor-faktor
ini akan berpasang-pasangan secara bebas.
5.
Individu dengan galur murni mempunyai dua alel yang
sama, dominan semua atau resesif semua.
6.
Semua individu pada F1 adalah sama / seragam
7.
Jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu F1
memiliki fenotif seperti induknya yang domina.
8.
Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka perkawinan
monohibrid ( Pp X Pp) menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan
fenotif 3 : 1 , yaitu ¾ berbunga ungu dan ¼ berbunga putih dan memperlihatkan
perbandingan genotif 1 : 2 : 1, yaitu ¼ TT : 2/4 Tt :
¼ tt
b. Persilangan Intermediet
Jika sifat gen dominan tidak penuh (intermediet),
maka fenotif individu F1 tidak seperti salah satu fenotif induk galur murni,
melainkan mempunyai sifat fenotif diantara kedua induknya. Demikian pula
perbandingan fenotif F2 nya tidak 3 : 1, melainkkan 1 : 2 : 1, sama dengan
perbandingan genotif F2 nya. Coba perhatikan diagram persilangan monohybrid
diantara Mirabillis jalapa merah
galur murni dengan genotif MM dengan tanaman Mirabillis jalapa berbunga putih galur murni dengan genotif mm
berikut ini!
Gambar 3. Persilangan
Intermediet
Sumber
: Campbell, et al.2009
c. Persilangan Dihibrida:
Dihibrida atau dihibridisasi ialah suatu persilangan
(pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan Hukum Mendel II dengan
prinsip berpasangan secara bebas, Mendel melakukan eksperimen dengan
membastarkaan tanaman Pisum sativum
bergalur murni dengan dua sifat beda yang diamati, yaitu biji bulat berwarna
kuning dengan galur murni biji kisut berwarna hijau. Gen R (bulat) dominan
terhadap gen r (kisut) dan Y (kuning) dominant terhadap y (hijau). Untuk
jelasnya coba perhatikan skema persilangan di bawah ini!
P
: RRYY x rryy
(bulat kuning) (kisut
hijau)
Gamet : RY ry
F1 : RrYy
(bulat
kuning)
F2 : RrYy x
RrYy
Tabel
2. Persilangan RrYy x RrYy
|
RY |
Ry |
rY |
ry |
RY |
RRYY
1) |
RRYy
2) |
RrYY
3) |
RrYy
4) |
Ry |
RRYy
5) |
RRyy
6) |
RtYy
7) |
Rryy
8) |
rY |
RrYY
9) |
RrYy
10) |
rrYY
11) |
rrYy
12) |
ry |
RrYy
13) |
Rryy
14) |
rrYy
15) |
Rryy
16) |
Fenotif pada F2 :
§ Biji
bulat, endosperm berwarna kuning nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
§ Biji
bulat, endosperm berwana hijau nomor 6, 8, 14
§ Biji
kisut, endosperm berwarna kuning nomor 11, 12, 15
§ Biji
kisut, endosperm berwarna hijau nomor 1
Rasio genotif :
“RRYY : RrYY : RRYy : RrYy : RRyy : Rryy : rrYY :
rrYy : rryy (9 genotif)
1 :
2 : 2
: 4 :
1 : 2
: 1 :
2 : 1
Rasio fenotif :
“Bulat Kuning
: Bulat Hijau : Kisut
Kuning : Kisut Hijau (4 genotif)
9 :
3 : 3 : 1
Tabel 3. Perbandingan genotif dan
fenotif pada dihibrida F2
Dalam membuat perhitungan itu Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa kedua sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet. Hukum Mendel II ini disebut juga Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes). Jadi pada dihibrida BbKk, misalnya :
§ gen
R mengelompok dengan Y = gamet RY
§ gen
R mengelompok dengan y = gamet Ry
§ gen
r mengelompok dengan Y = gamet rY
§ gen
r mengelompok dengan y = gamet ry
Misalnya :
§ Pada
monohibrida diperoleh perbandingan
-
berbunga ungu : 787 = 2,84 = 3
-
berbunga putih : 277 = 1 =1
Angka
tersebut menunjukkan perbandingan 3 : 1
§ Pada
dihibrida diperoleh perbandingan
-
bulat kuning :
315 tanaman
-
bulat hijau :
101 tanaman
-
kisut kuning :
108 tanaman
-
kisut hijau
: 32 tanaman
Angka-angka tersebut menunjukkan perbandingan yang
mendekati 9 : 3 : 3 : 1
d. Persilangan Dihibrida Intermediet
Pada dihibridisasi intermediet (dominansi tidak
penuh), perbandingan fenotif tidak sama dengan salah satu induknya melainkan
mempunyai sifat di antara kedua gen dominant dan gen resesif, seperti
persilangan tanaman bunga kelopak lebar warna merah (LLMM) dengan bunga kelopak
sempit warna putih (llmm) pada diagram di bawah ini !
Tabel
4. Perbandingan Genotif dan Fenotif
F2 pada Persilangan Dihibrida Dominansi
Tidak Penuh.
Jika prinsip-prinsip Mendel tersebut kita jadikan 4
prinsip, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Prinsip hereditas
; menyatakan bahwa pewarisan sifat-sifat organisme dikendalikan oleh factor
menurun (gen). Setiap individu yang berkembang dari zigot merupakan hasil dari
peleburan gamet-gamet, yaitu gamet jantan (spermma) dengan gamet betina (ovum).
Melalui gamet-gamet inilah informasi genetik dari kedua orang tua (induk)
diturunkan kepada keturunannya. Informasi genetic ini merupakan struktur nyata,
yaitu gen yang terkandung dalam kromosom.
2. Prinsip segregasi
bebas ; pada pembentukan gamet, pasangan gen memisah secara bebas sehingga
tiap gamet mendapatkan salah satu gen dari pasangan gen (alel) yang
memisah.
3. Prinsip
berpasangan secara bebas ; pada proses pembuahan (fertilisasi), gengen dari
gamet jantan maupun gen-gen dari gamet betina akkan berpasangan secara
bebas.
4. Prinsip dominansi
penuh atau tidak penuh (intermediet); fenotif (pengaruh) gen dominant akan
terlihat menutupi pengaruh gen resesif. Sedangkan pada prinsip dominansi tidak
penuh, fenotif gen pada individu heterozigot berada diantara pengaruh kedua
alel gen yang menyusunnya.
Tabel 5. Hubungan
Antara Banyaknya Sifat Beda,
Jumlah Gamet, Kombinasi Genotif dan Fenotif pada
F2-nya.
e. Persilangan Resiprok (Persilangan Tukar
Kelamin)
Prinsip-prinsip Mendel tersebut mudah dibuktikan bila
diadakan perkawinan (persilangan resiprok). Persilangan resiprok adalah
persilangan ulang dimana gamet jantan dan gamet betina dipertukarkan, sehingga
menghasilkan keturunan yang sama.
Gambar 4 : Persilangan resiprok
f. Backcross dan Testcross
Backcross (silang balik) adalah perkawinan antara
individu F1 dengan salah satu induknya yang dominant, dan gamet dari parental
kemungkinannya hanya satu macam. Sehingga analisa sifat genetis dari suatu
karakter yang sedang diamati menjadi lebih mudah. Perhatikan skema persilangan
backcross berikut:
Testcroos (uji silang) adalah persilangan antara
suatu individu yang tidak diketahui genotifnya dengan induk yang homozigot
resesif dan dapat dilakukan dengan individu yang bukan induknya dengan syarat
individu tersebut genotifnya homozigot resesif. Perhatikan persilangan
testcross di bawah ini!
D. Penugasan Mandiri